Sunday, 21 September 2014

Widya

Hujan pertama bulan ini,  tak terlalu lama tapi cukup menciptakan aroma khas harum tanah . Debu debu kotor yang selalu ringan ditiup angin kini hilang,  berubah menjadi lumpur lengket seperti adonan roti coklat .

Widya, seorang gadis   bertelanjang kaki asyik bermain genangan air . Tak dihiraukan lumpur kotor itu telah membuat noda -noda pada rok panjangnya .

'' Hujan hujan  kenapa kau berhenti?  ''
Widya menatap langit menunggu apa jawaban dari pertanyaan yang dia ajukan .

Langit diam .

Widya bertanya lagi dengan pertanyaan yang sama .
'' Hujan hujan  kenapa kau berhenti  ?''

Langit tak menjawab . Dan bagaimana langit menjawab?

terbesit akan pesan nenek sepuluh tahun yang lalu .

'' Widya sekarang ayah dan bundamu sudah ada di surga jadi kamu nanti akan tinggal bersama nenek,  setiap malam nenek akan selalu mendongeng untuk menemanimu tidurmu. Kau maukan?  ''

'' Surga , memang surga ada dimana? Widya kok di tinggal sendiri . ''

''Surga itu ada jauh di langit,  nanti
ayah bundamu akan mengirimkan uang yang banyak . Widya bisa membeli baju baju bagus,  mainan,  boneka yang kau inginkan . ''

Widya menangis . Semakin kencang .

'' Aku ga mau itu semua,  aku ingin bersama ayah dan bunda!  ''

'' Jangan menangis Widya,  nanti ayah bundamu malah semakin lama meninggalkanmu  , jangan buat mereka bersedih di surga . ''

''Aku akan terus menangis karena setiap aku menangis pasti bunda akan datang!  ''

Pertahanan nenek goyah, bulir bulir air mengalir deras dari sela mata nenek  , '' ada nenek yang akan menjagamu Widya . '' Nenek memeluk erat Widya .

Gemuruh halilintar saling menyahut,  langit gelap . Beberapa saat kemudian hujan turun lebat seakan langit menemani tangis mereka .

---

Tampak di langit luas garis melengkung berwarna warni seperti tersenyum mendengar pertanyaan pertanyaan Widya .
Bibir Widya mengembang,  sayup sayup terdengar suara lirih entah dari mana .
'' Ayah bunda baik baik saja di surga . ''

No comments:

Post a Comment