Hujan pertama bulan ini,  tak terlalu lama tapi cukup menciptakan aroma khas harum tanah . Debu debu kotor yang selalu ringan ditiup angin kini hilang,  berubah menjadi lumpur lengket seperti adonan roti coklat .
Widya, seorang gadis bertelanjang kaki asyik bermain genangan air . Tak dihiraukan lumpur kotor itu telah membuat noda -noda pada rok panjangnya .
'' Hujan hujan  kenapa kau berhenti?  ''
Widya menatap langit menunggu apa jawaban dari pertanyaan yang dia ajukan .
Langit diam .
Widya bertanya lagi dengan pertanyaan yang sama .
'' Hujan hujan  kenapa kau berhenti  ?''
Langit tak menjawab . Dan bagaimana langit menjawab?
terbesit akan pesan nenek sepuluh tahun yang lalu .
'' Widya sekarang ayah dan bundamu sudah ada di surga jadi kamu nanti akan tinggal bersama nenek, setiap malam nenek akan selalu mendongeng untuk menemanimu tidurmu. Kau maukan? ''
'' Surga , memang surga ada dimana? Widya kok di tinggal sendiri . ''
''Surga itu ada jauh di langit,  nanti 
ayah bundamu akan mengirimkan uang yang banyak . Widya bisa membeli baju baju bagus,  mainan,  boneka yang kau inginkan . ''
Widya menangis . Semakin kencang .
'' Aku ga mau itu semua, aku ingin bersama ayah dan bunda! ''
'' Jangan menangis Widya, nanti ayah bundamu malah semakin lama meninggalkanmu , jangan buat mereka bersedih di surga . ''
''Aku akan terus menangis karena setiap aku menangis pasti bunda akan datang! ''
Pertahanan nenek goyah, bulir bulir air mengalir deras dari sela mata nenek , '' ada nenek yang akan menjagamu Widya . '' Nenek memeluk erat Widya .
Gemuruh halilintar saling menyahut,  langit gelap . Beberapa saat kemudian hujan turun lebat seakan langit menemani tangis mereka . 
---
Tampak di langit luas garis melengkung berwarna warni seperti tersenyum mendengar pertanyaan pertanyaan Widya . 
Bibir Widya mengembang,  sayup sayup terdengar suara lirih entah dari mana . 
'' Ayah bunda baik baik saja di surga . ''