Sunday, 12 May 2013

Rumput Liar

” Kau kapan kembali Yoga ?”
Yoga yang dari tadi melamun menjadi salah tingkah , tak disadarinya kehadiran seorang wanita yang kini telah duduk di sampingnya . Wanita yang dulu pernah menjadi tambatan hatinya .

” Kau Asri , kapan datang ?”
Asri tersenyum dan Yoga terperangkap dalam senyum Asri, matanya tak rela walau sekedar berkedip untuk terlepas dari paras cantik bidadari dunia ini .

” Kenapa kau balik tanya kapan datang , bukannya kau yang harus jawab dulu . Kau kan yang lima tahun pergi tanpa kabar sama sekali , termasuk kedatanganmu sekarang . Kau sudah jadi orang berhasil jadi lupa denganku !”

Yoga tersadar , pandangannya tertuju ke depan dimana ada taman dengan bunga berwarna -warni hasil tangan dingin ibunyayang suka sekali dengan bunga .
” Kau lihat bunga itu ?” kata Yoga.
” Bunga yang indah , tante Murni selalu merawat bunga -bunga itu menyirami tiap pagi , mencabut rumput liar dan memberi pupuk agar lebih subur . Aku selalu senang melihat beliau melakukannya , begitu nyaman rasanya !”

” Ibuku memang suka bunga , apalagi ketika ayahku meninggal beliau lebih sering berkebun mengurus bunga -bunganya dibanding bersedih atas meninggalnya ayah !”

Asri menganguk pertanda mengerti walaupun Asri menunggu jawaban Yoga atas pertanyaannya .
” Kau seperti bunga itu Asri !”
” Maksudmu ?”
” Kau cantik dan rumput liar disekitarnya harus bersih agar kecantikkannya lebih terlihat . Dan aku menurut orang tuamu adalah seperti rumput liar yang harus dienyahkan dari sekitar bunga -bunga indah itu !”

8oktober2012,kompasiana

http://m.kompasiana.com/post/cermin/2012/10/08/rumput-liar/

No comments:

Post a Comment