Thursday, 28 March 2013

Tuhan Selalu Menuntunku untuk Ingat Ibu

Telingaku mulai mengartikan setiap tetes air yang jatuh . Setiap tetes mempunyai arti sendiri walaupun airnya sama di hujan yang sama namun suaranya berbeda . Menurutku .

Air hujan masih terdengar di dalam ruang kerjaku , sepertinya lebat . Sepertinya hujannya lebat karena memang aku tak mau untuk melihatnya . Cukup mendengar , hanya mendengar .

Udara dingin AC serta suara hujan yang tak kunjung reda danruangan yang kosong ini . Hanya aku dan kesendirianku . Kertas putih di atas meja tetap di tempatnya semula tak berubah , ku biarkan mereka , tak ku sentuh mereka ketika awal mula kudengar suara hujan ini .

Andai . Aku mulai berandai -andai jika sekarang aku bisa kembali ke masa kecil dulu . Ketika hujan lebat aku selalu senang , kan ku buka baju dan bersama teman lainnya keluar rumah untuk main hujan .

“Jangan main hujan -hujanan!” larang ibuku , “nanti sakit !”
Ku acuhkan itu semua yang penting sekarang aku bisa bersenang -senang . Nanti ? Biarlah nanti . Andaikan aku sakit ibu akan merawatku dan keesokan harinya ketika hujan lagi aku akan bisa main hujan lagi dan ibu akan merawatku lagijika aku sakit . Begitu terus . Hingga waktu memaksaku untuk dewasa .

Ponselku berdering ada SMS masuk . Segera kubaca .
“Ini nomer baru Mama , tolong isipulsa . Segera. “
Aku tersenyum . Segera ku telepon ibu , aku kangen dia .

Tuhan menuntunku untuk selalu ingat ibu .

http://m.kompasiana.com/post/cermin/2013/02/09/tuhan-selalu-menuntunku-untuk-ingat-ibu-/

No comments:

Post a Comment