Wednesday 1 May 2013

Tak Ada Dusta di Antara Kita

” Karti kamu benerkan mau nikah sama Arif , dia orangnya baik , sholeh dan sudah punya kerjaan gak nyesel kamu nurut sama pilihan ibu !”

” Terserah kata ibu , Karti nurut aja tapi setelah kami beneran nikah dan ndak cocok terus bercerai jangan salahin Karti . Karti cuma menurut apa kata ibu walau Karti gak cinta sama mas Arif !”

” Anakku yang satu ini jangan bicara soal cerai pamali tahu , nikah saja belum bicara soal cerai segala . Bicara soal cinta nanti ya tumbuh sendiri coba lihat bapak sama ibumu nikah gak berdasarkan cinta namun bisa lahir kamu dan sekarang ibu tetap gak nikah lagi walau bapakmu dah lama mati dan kehidupan kita selalu kekurangan !”

” Terserah kata ibulah sudah cape , aku pasti kalah kalau berdebat sama ibu , sebentar - sebentar bicara soal bapak yang sudah meninggal terus ibu menangis . Aku bisa apa kalau gak nurut ?” Biarlah ibu melihat aku sebagai anaknya yang penurut walaupun aku punya alasan sendiri kurang setuju dengan perjodohan ini .

***

” Karti kenapa ngajak ketemuan di luar segala ? mas bisa datang ke rumah Karti kok !” ucap seorang pria yang duduk di depanku membuka pembicaraan kami berdua .

” Ini tentang masa depan kita tentang perjodohan ini !” jawabku singkat .

” Kamu gak setuju? Kalau bener gak , lebih baik memang perjodohan ini dibatalkan . Walau aku sudah terlanjur cinta kepadamu !”

Aku mulai meneteskan air mata yang dari tadi ku coba tahan biar tak keluar . ” Mas kamu orangnya baik sangat baik malah tak pantas kau mendapatkan wanita sepertiku , aku hanya wanita yang sudah tidak suci lagi bahkan selama ini aku selalu membohongi ibu tentang pekerjaanku , dihadapannya aku adalah anak gadisnya yang baik , tahu norma agama dan selalu jadi penurut padahal aku hanya wanita jala . . . !”

” Cukup , jangan bicara seperti itu . Aku sudah tahu semua tentang dirimu dan itu akan menjadi masa lalu yang akan kita kubur dalam -dalam . Aku mencintaimu dan karena itu aku menerima perjodohan dari orang tua kita !”

Mas Arif kemudian duduk di sampingku dan membiarkan aku bersandar di pundaknya menbuat bajunya basah karena air mataku . ” Mas Arif aku mencintaimu tapi aku takut untuk mencintaimu , aku bukanlah wanita yang pantas untuk menjadi ibu bagi anak - anakmu kelak !”

” Dengan pernyataan cintamu kepadaku itu sudah lebih dari cukup , masa lalumu adalah lembaran lama yang akan tergantikan oleh lembaran kehidupan baru yang lebih baik bersamaku !”

” Aku menceritakan semua ini agar tak ada dusta di antara kita . . . “

” Kartika aku mencintaimu !” kecupan mesra didaratkan di keningku , aku terharu akan tulus cintanya dan semoga ini akan selalu ada selamanya .

22 May 2012, Kompasiana

No comments:

Post a Comment